Namaku Sabrina, aku akan ceritakan kisah tragis tentang pemerkosaan yang menimpa diriku.
Aku berusia 17 tahun, dan tinggal dipinggiran kota utara California.
Apa yang terjadi padaku tahun lalu sangat begitu ‘berbekas’ dan traumatik.
Setelah menjalani persidangan dan menjalani perawatan psikiater 7 bulan lalu, aku yakin dengan menulis kisah pengalamnku, akan sedikit membantu menghilangkan trauma ini.
Jujur saya katakan, trauma yg kualami tidaklah begitu parah saat peristiwa pemerkosaan itu terjadi. Tapi setidaknya saya bisa bertahan hingga saat ini.
Beginilah kisahnya:
Saat itu aku akan pulang dari bermain di rumah teman, Stacey.
Kami dalam liburan musim panas.
Hari itu hari kamis, 22 September, tepatnya 1 tahun yang lalu.
Tanggal itu selalu kuingat sepanjang hayatku.
Hari itu begitu panas, shg Stacey menawarkan dirinya padaku untuk mengantarku pulang, tapi aku menolak.
Jarak rumah kami hanya beberapa blok saja.
Waktu menunjukkan pukul 1:00 siang.
Kutelepon ibuku dgn hp, aku pulang agak sedikit terlambat, tetapi aku akan segera berada di rumah segera.
Akupun mengendarai mobilku menuju rumah paman dan bibiku sore itu.
Cukup lama aku tidak bertemu dengan saudara sepupuku, Emily, setahun lebih.
Jadi kuputuskan bulat untuk melihatnya sebentar.
Rumah itu seperti sepi.
Saat aku mengeliling sudut rumahnya, terjadi sesuatu yang sangat mengejutkanku. Apapun itu, membuatku sangat shock dan tidak sadar.
Kejadian berikutnya yang aku ingat, aku berada di sebuah ruangan gelap.
Lantai yg terbuat dari semen itu, dan sebuah lampu kecil di dekat ventilasi.
Akupun ingat disana ada 1 buah TV yg menempel pada dinding, dekat ventilasi, dalam keadaan mati.
Berikutnya yg kulihat juga adalah sepasang speaker. Mirip seperti yg ada pada stadium baseball, yg berguna sebagai media informasi. Suaranya hanya mengeluarkan desiran bunyi blower AC. Ruangan tersebut sangat dingin, jauh berbeda dengan suhu luar.
Akupun segera mencari keberadaan pintu kamar, tapi aku tidak menemukannya.
Saat itu aku mulai panik. JAntungku berdetak keras, dan aku tidak tahu berada dimana saat ini.
Tak lama kemudian terdengar suara dari speaker tersebut. Sepertinya suara tersebut diproses dengan bantuan software komputer atau sejenisnya, karena suara tsb terlalu aneh. Sangat berat dan bergema.
“Selamat datang di kamar tahananku, Sabrian”, suara itu bergema pelan tetapi sangat jelas.
“Siapa kamu. dan apa yang kamu inginkan?” tanyaku.
Detak jantungku bertambah keras, setelah kuyakin aku sedang diculuk.
Dan ketakutakanku yang paling memuncak adalah AKU AKAN DIBUNUH.
“Tidak perlu tahu siapa aku atau rupaku, Sabrina. Mulai saat ini kamu harus melakukan apa yang kuperintah”, Suara itu terdengar kembali.
Aku berusaha untuk menenangkan diri dengan berkata dalam hati, ‘Ini hanyalah lelucon orang yg tidak waras’.
“Okay, cukup sudah lelucon ini, siapa ini?” tanyaku sambil tertawa, seolah-olah aku mengetahui permainan ini.
“INI BUKAN LELUCON Sabrina!” balas suar itu mengema. “KAMU HARUS MELAKUKAN APA YANG AKU PERINTAH. Apakah kamu mengerti?”
“Ya, aku mengerti” balasku menantang.
Sepertinya ‘ia’ ingin meniru beberapa aksi dalam film2 yg biasa kita tonton.
“Peraturannya sangat sederhana. Jika kamu tidak menuruti perintahku, kamu tidak akan mendapat makanan, air minum, penerangan dan udara segar.” KAtanya tegas mengancam.
Tiba-tiba ruangan gelap seketika, ac mati, dan perlahan udara mulai pengap dan panas. Aku berusaha bertahan hingga suhu ruangan mulai bertambah panas.
Aku sudah tidak tahan. “Tolong, jangan…jangan lakukan itu. Aku akan menuruti perintahmu” kataku memohon.
“Click”, lampu menyala, dan suara kipas ac mulai berputar.
“Buka pakaianmu wanita nakal, ….SEKARANG!” terdengar suara itu lagi memerintah.
“Tolong, jangan. Jangan menyuruhku melakukan demikian”, aku memohon.
“Click”, lampu mati dan ac pun mati.
“Baik…baik”, balasku menuruti.
Setelah lampu menyala dan AC hidup, aku segera melepas satu persatu pakaianku.
Sekarang aku hanya mengenakan celana dalam dan BH saja.
Ternyata ruangan bertambah terang dengan hidupnya lampu lain yang menempel pada dinding lain. Aku tidak tahu kalau lampu sorot itu ada didinding lain.
Dan didinding tersebut kemudian nampak kaca/cermin berukuran sedang yang menempel pada dinding.
Sekarang aku yakin, ‘pria’ ada dibalik kaca tersebut.
“Hadap ke kaca ini, ….Aku ingin melihat dirimu”. “Buka semua pakaianmu!”, suara itu kembali memerintah.
Sambil menghadap kaca, akupun melepaskan BH-ku.
Samar kudengar dari speaker itu, hembusan nafasnya yang sedikit kencang. Sepertinya ia mengamati dan menikmati setiap sisi tubuhku.
“Gengam payudaramu dengan kedua tanganmu…..pelintir puting susumu”, perintahnya kembali.
Aku hanya berfikir, ‘Seperti apa perilaku aneh fucker satu ini, hingga menyuruhku berbuat demikian’. Tapi mengingat kondisiku yang seperti ini, aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Perlahan kuremas payudaraku sendiri dan kupilun kedua puting susuku. Kulakukan sesuai apa yang ia perintah.
“Aku suka payudaramu….begitu menantang dan lembut….PELINTIR LAGI PUTINGMU!. Ah..begitu..Sabrina….kau melakukan dengan benar. Sekarang lepaskan celana dalammu!”
“TTT tolong, saya, saya……”
Kembali semua lampu mati berikut AC-nya.
“OKAY, OKAY” aku berteriak kembali, “Kamu menang”, balasku kesal.
“Nah…itu lebih baik Sabrina. Sekarang buka celana dalammu, aku akan memanaskan ruangan ini agar pantatmu sedikit berkeringat, apakah kamu mengerti?”
“Ya tuan, aku mengerti”, balasku pelan.
“Oh..yeah…pantatmu begitu indah..Sabrina”. “Hadapkan pantat itu padaku, atur posisinya untuk menunging, dan gosok dgn kedua tanganmu!”, perintahnya lagi sambil memuji.
“Oh..yes..Sabrina..pantat dan bibir vaginamu begitu indah….Sekarang tekan dan masukkan jarimu dalan vaginamu”, perintahnya lagi.
Akupun hanya menuruti perintahnya. Perlahan aku mulai memasukkan jari tengahku dalam vaginaku.
“Vaginamu begitu segar..Sabrina..uhh, uhh. uhhh”. “Aku akan keluar Sabrina…”, celotehnya sambil melihat aksiku.
Sepertinya ia sedang onani.
“Lebih keras lagi Sabrina…masukkan jarimu lebih keras lagi!”, perintahnya.
“Sekarang cabut jarimu, dan mulailah untuk keluar-masuk dalam vaginamu dengan keras”, perintahnya lagi.
Aku hanya diam. Aku tidak ingin melakukannya.
Lampupun segera mati berikut benda jahanam AC itu.
“Okay..okay…”, teriakku kesal.
Akupun menurutinya.
Kurasakan vaginaku mulai membasah akibat jari tanganku yang mengesek-gesek klitorisku.
Tak sadar kalau aku sedang diculik, aku mulai terangsang.
Tapi aku sadar kalau ia mengamatiku dan aku tidak ingin keparat ini mengetahui kondisiku.
“Terus lakukan Sabrina, buat dirimu terangsang”, perintahnya lagi.
“Sial…sepertinya ia mengerti apa yg kurasakan saat ini”, teriakku dalam hati.
Tak terasa aku mulai orgasm. Cairan spermaku mulai keluar dari vaginaku dan mengalir di kedua pahaku.
“Ohhh…yeah..”, teriaku dalam hati saat aku mencapai orgasm.
Kakiku mengejang beberapa saat saat orgasme itu datang mencapai puncak.
“Ughhhhh yaaaaa, Aku datang Sabrina…..ohhhh yaaaaa………ohhhh, Sabrina, Aku keluar…..ooohhhh”, suaranya berteriak keras.
“Ohh…spermaku begitu hangat. Menempel di penis dan tanganku”, katanya memberitahu.
Perkataannya sungguh menambah imaginasi seksku. Jelas kubayangkan bagaimana sperma pria yang sedang menyembur keluar.
Akupun semakin keras ‘menekan’ vaginaku dengan perkataannya…dan orgasme ke2 datang kembali…Aku mengejang dan menikmati klimaks tersebut…
Setelah selesai aku duduk kembali tanpa menunggu perintahnya.
Tak ada kata-kata dari dia setelah aksi ini.
Keadaan begitu sepi dan aku sangat capek. Tanpa kusadari aku sudah tertidur.
Entah berapa jam aku tertidur, saat aku sadar suara pintu yang terbuka dan suasana ruangan yang gelap tapi dingin.
“Bangun Sabrina”, katanya.
Aku sadar. Ternyata kedua kaki dan tanganku telah terikat.
Aku mencari suara itu, dan ternyata ia sudah berada diselangkanganku.
Pemuda tersebut termasuk tampan. Seandainya kami berteman baik dan berpacaran mungkin aku menikmati aksi ini.
Perlahan tangannya mulai menjalar tubuhku sedangkan kepalanya tetap berada diantara selangkanganku.
Tangan itu mulai meraih payudaraku dan memainkan puting susuku secara bergantian.
Hembusan nafasnya terasa hangat saat wajahnya mulai mendekati selangkanganku.
Aku mulai menangis.
“Jangan khawatir Sabrina, Aku tidak akan melukaimu,…jika kamu menuruti perintahku”, katanya meyakinkanku.
“Tolong…aku akan lakukan apa yg kau inginkan, tapi jangan perkosa saya”, pintaku memelas padanya.
Tiba2 tangannya menampar wajahku.
“Aku yang membuat peraturan disini Sabrina! Kamu cukup tutup mulut dan lakukan apa yang aku katakan”, teriaknya marah.
Aku menjadi gemetar mendengar ancamannya ditambah rasa yang sedikit sakit pada pipiku.
Selanjutnya ia segera mencium pinggulku dan bergerak menuju selangkanganku.
“Ummmm”, erangnya sambil menjilati bibir vaginaku hingga akirnya lidah itu mulai masuk ke vaginakku.
Aku lepas kontrol, secara refleks aku membuka selangkanganku lebih lebar agar ia bisa memasukkan lidahnya kedalam vaginaku lebih dalam lagi.
Aku sudah tidak perduli lagi denga status diriku saat ini. Semakin dalam lidahnya menjalar vaginaku semakin aku tidak perduli dengannya.
Vaginaku mulai basah dan bertambah basah.
“Aku akan segera memasukkan penisku ke vaginamu.. Sabrina”, katanya lagi setelah merasa puas “mencicipi” vaginaku.
Ia segera mengambil posisi untuk mulai menancapkan penisnya di vaginaku.
“Ugh…rasakan ini!”, erangnya saat menancapkan batang penisnya dalam vaginaku.
“Oughhh…”, tahanku saat batang penis itu mulai terbenam secara perlahan dalam vaginaku.
Penis itu berukuran besar. Vaginaku terasa sesak dengan benda tersebut.
Tetapi sepertinya ia masih akan menancapkan batangnya lebih dalam.
‘Ohhh…my god…. Ini terlalu besar!’, teriaku dalam hati.
“Cukup…cukup…aku sakit…”, tangisku berontak.
“Ayolah…Sabrina..kamu pasti suka ini”. katanya memprotes tangisku.
Dan kembali kali ini ia menekan penuh batang penisnya. “OUuuwwww….tidakkkk”, teriakku keras.
cerita perkosaan
Aku berontak keras dengan terjangan penis itu.
Ini tidak seperti yang kubayangkan.
“Cukup…cukup…cukkupp”, kataku memelas dengan sangat.
Vaginaku terasa tersumbat rapat. Tak ada ruang sama sekali dalam vaginaku sehingga bisa membuatku sedikit nyaman.
“Ohhhh…ya, ohhhh…ya”, balasna padaku. Iapun mulai mengenjot vaginaku cepat dan semakin cepat.
Ia tidak perduli sama sekali dengan kondisiku yang menahan sakit akibat gesekan keras otot vaginaku dengan batang penisnya.
Terasa perih, ngilu dan sakit.
Seolah ia tak perduli dengan penderitaanku, hingga ia semakin mempercepat genjotannya.
Nafasnya semakin cepat dan sepertinya ia akan segera keluar.
“Oh fuckkkkkk”, jeritnya keras.
Aku merasakan bagaimana denyut batang penis dan semburan spermanya dalam vaginaku.
Entah berapa kali ia menyemprotkan spermanya dalam vaginaku hingga kurasakan cukup banyak yang keluar sperma tersebut dari vaginaku saat ia mencabut keluar batang penisnya.
Mengalir deras membasahi dan mengarah kelubang anusku.
“Uhhhhh God”. teriaknya puas.
Ia menyentuh kembali payudaraku dan meremasnya. Kemudian ia duduk dikursi yang berada di depan ranjangku.
Sambil menghidupkan sebatang rokok ia berkomentar, “Vagina mu terasa kencang Sabrina, menyenangkan sekali penisku mengenjotnya”.
“Tidakkah kamu menikmatinya, Sabrina?”, tanyanya padakku.
Aku hanya diam dan terisak menahan perih di vaginaku.
Tapi aku tidak bisa apa dengan posisi terikat ini.
Ingin rasanya aku mengurut vaginaku yang terasa sakit dan pegal.
Penis jahanam ini, bukanlah ukuran yang normal.
Perlahan ia mulai bangkit dari kursinya dan mendekatiku kembali.
“Jangan…jangan lagi..”, teriakku memelas.
“Tenang..Sabrina”, balasnya santai.
Iapun mengambil kertas tisue dan membersihkan sperma yang mengalir diselangkanganku.
Sambil membersihkan selangkanganku ia berkata, “Seandainya..kamu meerima…permainan kita tadi…mungkin kamu akan menikmatinya..”, katanya sambil berkomentar.
“Aku sakit…tolong lepaskan aku”, protesku tanpa perduli dengan ocehannya.
Pria bangsat ini sepertinya tidak akan melepaskanku. Ia hanya tertawa terkekeh-kekeh sambil membersihkan permukaan bibir vaginaku.
Disaat membersihkan cairan vagina yg mengalir pada anusku…kurasakan jarinya mulai nakal dengam sedikit menekan lubang anusku.
“Hentikan itu…hentikan itu”, berontak lagi.
“Tenang Sabrina…aku hanya membersihkan sedikit sperma yang ada pada anusmu”, katanya menasehati.
Aku hanya terisak-isak. Pikiranku sudah tidak menentu.
Perlahan kurasakan kepalanya mulai mengarah pada anusku, kemudian menjilati bekas sperma yang ada pada anusku.
Aku sudah tidak perduli lagi dengan aksinya. Yang kuinginkan sekarang agar ia menyelesaikan permainan ini dan membiarkan aku pergi.
Cukup lama juga ia menjilati anusku hingga rasanya anusku basah karena air liurnya.
Kemudian ia segera membalikkan tubuhku.
Aku pikir ia telah selesai dengan permainan ini.
Tapi tidak. Ini belum berakhir.
“Apalagi sekarang?”, teriakku keras.
“Hei…aku yang berkuasa disini Sabrina. Turuti kataku, dan kujamin engkau akan selamat”, perintahnya tegas membalas.
“Tolong lepaskan aku…Aku berjanji tidak akan mengatakan pada siapapun atas kejadian ini”, kataku memelas sambil memberinya janji.
Ia hanya diam tanpa membalas permintaanku.
Yang kuingat ia mulai mengangkat pantatku dan ia duduk tetap didepan pantatku.
Ia mulai memasukkan jarinya pada anusku, diselingi ciuman pada anusku.
Aku hanya berontak, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Posisi duduk yang tepat diantara selangkangan pahaku membuatnya leluasa memainkan anus dan vaginaku.
“Okay..Sabrina…aku harap kau bisa menikmati permainan ini dan bisa kita akhiri dengan cepat kejadian ini”, katanya berjanji.
Aku hanya diam dan berharap ia segera mengakhiri penyiksaan ini.
Ia kemudian mengarahkan penisnya pada anusku.
Posisi pantatku yang ia angkat memudahkannya dalam penetrasi awal.
Dengan kondisi yang menungging ia mulai sedikit demi sedikit memasukkan penisnya pada anusku.
Aku sudah tidak tahan lagi menahan posisi menungging ini saat ia mulai menghunuskan batang penisnya lebih dalam.
Aku terjerembab di kasur saat batang besar itu mulai masuk lebih dalam ke anusku.
Dalam posisi terjerembabpun ia masih berusaha terus untuk menancapkan batang penisnya secara penuh pada anusku.
diperkosa tetangga
Aku hanya berusaha menahan segala rasa sakit dari setiap inchi batang penis saat masuk lebih dalam.
“Ayo…wanita jalang…kamu pasti bisa menikmatinya!”, teriaknya sambil menekan habis batang penisnya.
“Ooouuggghh…”, aku berteriak sambil menahan rasa sakit.
Perlahan gerakan semakin cepat dalam mengenjot anusku.
“Ohhh….yeaahhhh…ohh…yeahh…”, erangnya sambil mengenjot anusku.
cerita seks pemerkosaan
Ia sangat menikmati sekali aksi kali ini, sedangkan aku berusaha menahan rasa sakit.
Tapi rasa sakit itu tak lama kemudian sedikit menghilang dan menjadi sedikit nikmat saat jari tangannya memainkan klitoris vaginaku.
Aku mulai menikmati genjotannya pada anusku selagi ia terus mempermainkan klitorisku.
Tapi aku tidak ingin menunjukkan ekspresi birahiku pada bangsat ini.
Vaginaku mulai lembab kembali dan sedikit basah.
“Ohhh…yeahhh…sayang….sekarang kamu menikmatinya…ya”, cerocosnya sambil terus mengenjot anusku.
Bangsat…seperti..ia tahu aku menikmati aksi terakhir ini….
Semakin cepat ia mengenjot anusku, semakin cepat pula gesekan pada klitorisku.
Aku hanya diam tapi birahiku mulai bicara.
“Ohh….yess….ohhh..yess…Sabrina. Pantatmu rasanya lebih nikmat”, erangnya liar.
Aku biarkan saja aksi dan celotehannya, mencoba sedikit menikmati orgasme ku yg mulai bangkit.
Aku sudah mulai tidak tahan dan kedua ‘lobangku’ yang dikerjain seperti ini.
Aku mulai mencapai puncaknya…dan…akhhh…aku keluarrr….Oughhh…aku sedikit mengejang di moment ini, walaupun anusku tak henti-hentinya ia genjoti.
Sepertinya ia pun segera mencapai puncaknya dan segera merangkulku dengan keras dari belakang. Sambil mempertahankan penisnya dalam anusku, sepertinya ia ingin agar spermanya menyemprot dalam anusku.
Rangkulannya begitu keras, hingga beberapa kali kurasakan semprotan spermanya dalam anusku.
“Ohh…yess….yess…yesss…..”, erangnya keras sambil menyemprotkan spermanya.
cerita seks pemerkosaan
Setelah spermanya keluar dan batang penis itu mulai lemas, ia lalu mencabutnya dan mengarahkan batang penis itu padaku untuk aku kulum dan bersihkan.
Aku menolak tapi ia memaksa.
Batang penis itupun aku kulum dan kubersihkan sisa sperma yang masih menempel pada batang penis itu.
cerita dewasa pemerkosaan
Sesaat ia terkulai lemas di punggungku dan tak lama kemudian ia segera keluar dari ruangan itu yang sebelumnya telah melepaskan semua ikatan pada tangan dan mataku.
Tak lama kemudian kudengar kembali suara dari speaker itu, “Aku punya sesuatu untukmu Sabrina.”
Tak lama kemudian TV ruangan tersebut menyala secara otomatis dan nampaklah video adegan ranjang yang telah kami lakukan.
“Fuck you, kamu keparat”, aku berteriak keras.
Tak lama kemudian video tersebut mati, dan kudengar suara yang agak gemuruh dari speaker itu.
Ini cukup aneh.
Tiba2 kudengar suara beberapa pria dari balik pintu.
“Dalam sini, dalam sini….Dia pasti berada disini”.
“Ada apa lagi ini”, pikirku. “Siapa lagi, kali ini?”
“Brakkk…brakkk…!”, suara pintu yang jebol akibat hantaman sesuatu.
Aku sangat terkejut.
Belum sempat aku menyadari peristiwa ini, seorang petugas polisi membuka jaketnya dan menutupi tubuhku.
“Ini, kenakan jaket ini”, katanya kemudian.
God..thank…ternyata..petugas polisi mencariku setelah mendapat berita dari ibuku dan temanku Stacey tentang saat aku mulai menghilang.
Setelah aku dibawa keluar dari ruang tersebut, ternyata ruang itu adalah sebuah garasi mobil yang tidak dipakai dan direnovasi sebagai mana yang aku rasakan.
Garasi itu milik tetangga disebelah rumah bibiku.
Aku juga melihat seorang pemuda yang sedang menundukkan kepala dari kursi belakang mobil polisi, dan kedua orang tuanya pada mobil polisi yang lain.
Aku segera dibawa kerumah sakit dan menjalani terapi psikiater mengenai kejiwaanku.
Bersama itu pula kujalani persidangan terhadap pria tersebut beserta kedua orang tuanya yang dianggap turut serta membantu kejahatan sang anak.
Setahun telah berlalu peristiwa itu, dan aku merasa lepas beban psikologiku dengan menceritakan pengalaman pahitkku melalui milis disamping terapi berkala yg masih sedikit aku jalani.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar